Manguni Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

MUSIK BAMBU

Go down

MUSIK BAMBU Empty MUSIK BAMBU

Post  Tuama Thu Sep 09, 2010 5:30 am

MUSIK BAMBU

Musik Bambu di Minahasa dimulai dari musik suling penthatonis lima lobang. Musik tiup ini berkembang di dalam dan sebagai bagian dari Musik Maoling (bersama alat-alat lainnya yakni kolintang gong, tambur dan gong besar).
Pada pertengahan abad XIX, saat pihak Zending Belanda berusaha memberangus musik kolintang gong di Minahasa lantaran dipandang sebagai anasir dari kepercayaan alifuru yang berbahaya, musik sulinglah yang mereka kembangkan sebagai ganti. Ketika Gubernemen Belanda meminta agar guru-guru Zending mengajar di sekolah Gubernemen, maka para guru Zending tersebut mengajarkan lagu-lagu gerejani dengan solmisasi musik suling oktaf . Perjalanan Pdt. N.Graafland ke Kawangkoan pada tahun 1829 sempat menyaksikan anak-anak sekolah meniup seruling dengan tiga suara. Sedang J.Hickson menyaksikan korps musik tentara kerajaan Belanda di sini yang menggunakan suling mengiringi tarian katreli dari para milisi asal Minahasa di Manado tahun 1885.
Musik bambu berbentuk orkes kemungkinan muncul pertama kali sekitar tahun 1880-an. Terdiri dari sederetan peniup suling, tambur besar dan kecil, korno (hoorn), piston dari bambu, Bombardon (bas) dari bambu, pontuang dan gong. Menonjolnya unsur bambu di antara alat-alat yang dimainkan, sehingga disebut Musik Bamboo.
Pada awal abad XX, di beberapa tempat, antaranya Tondano, group Musik Bambu mulai menggunakan sekaligus beberapa peniup suling (floit), di samping tambur, genderang asal Eropa, gong dan pontuang, sudah ada klarinet dan trompet buatan Eropa. Musik ‘Suling Bambu’ sudah berubah menjadi musik orkes yang alat musiknya bukan hanya suling, dan sudah menggunakan alat musik buatan Eropa.
Kemudian, untuk membuat tiruan alat musik Eropa, tuba (piston) dan bas dari bahan logam seng diperlukan keahlian “tukang blek” yang umumnya orang Cina. Sekitar awal 1930-an, lahirlah Musik Bambu Seng. Sampai tahun 1957, sebelum pergolakan PRRI/Permesta di Sulawesi Utara, seluruh musik bambu di Minahasa sudah berbentuk musik bambu seng. Mungkin karena bahan seng (zink) lebih mudah dibentuk dan di-stem, orkes musik ini banyak tumbuh. Beberapa di antaranya sangat sohor. Misalnya Orkes Musik Bambu “Garuda” di Buyungon, “Banteng” di Rumoong Bawah, “Nasional” di Kawangkoan Bawah, “Uluna” di Tondano, “Orion” di Kakaskasen Tomohon, dan banyak lain. Tiap group memiliki panji berupa vandel besar yang mencantum namanya masing-masing, dan dibawa oleh seorang yang khusus bertugas membawa panji yang harus berdiri tegak sepanjang penampilan para pemain musiknya.
Kemudian orang mulai membuat alat musik mirip Klarinet yang dibawa dari Eropa, memakai alat getar. Dengan demikian lahir lagi periode baru dalam seni musik bambu Minahasa, ada musik bambu, musik bambu seng, ada pula musik Klarinet yang di dalamnya hanya suling dan korno yang terbuat dari bambu.
Karena alat musik dari seng cepat rusak berlobang terkena air liur manusia, maka digantilah dengan lembaran logam kuningan. Seperti bahan seng yang mudah dibentuk, orang pun langsung membuat alat tiup bas dan tuba untuk diubah menjadi Tuba Celo dan Tuba benyo. Lantas ditambah pula dengan alat musik tiup Saxophone, Oterton dan Trombon, semuanya mengikuti alat-alat musik tiup orkestra di Eropa.
Namun kemudian, lantaran bahan logam kuningan cepat menjadi buram terkena keringat manusia, maka dicari lagi bahan logam lain supaya alat musik tiup nampak selalu bercahaya tanpa selalu harus digosok untuk bisa mengkilap. Dipilihlah bahan stainless steel yang berkilauan. Lebih kuat dibanding kuningan, tapi agak sulit dibentuk.
Orang memainkan alat musik bambu sama dengan memainkan alat musik marching band yang ada di korps-korps musik angkatan bersenjata. Begitulah, sehingga ketika pada tahun 1945 di Lapangan Ikada Jakarta diadakan parade Angkatan Perang Republik Indonesia, dipanggillah Orkes Musik Bambu dari Dinas Pemadam Kebakaran di Cideng, Jakarta, yang terdiri dari para putra Kawanua. Soalnya tentara negara belum memiliki korps musik.
Setiap kelompok musik bambu beranggotakan sekitar 30 orang. Mereka memainkan beraneka jenis alat musik tiup (aerophone) dan alat musik getar (mambranophone) seperti Tambur, Drum, Simbal, agar dapat menghasilkan suara gegap-gempita untuk memeriahkan suasana pesta.

Tuama
Waraney
Waraney

Posts : 19
Join date : 29.07.10

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik